Di sebuah desa yang tenang, Arya dan Sari, dua sepupu yang telah lama tak bertemu, memutuskan untuk menghabiskan liburan di rumah nenek mereka. Nenek mereka sedang pergi ke pasar, meninggalkan rumah besar itu dalam keheningan. Matahari bersinar cerah, dan angin sepoi-sepoi membuat suasana terasa nyaman.
Arya dan Sari duduk di teras, bercerita tentang kehidupan mereka selama ini. Arya yang kuliah di kota besar berbagi cerita tentang pengalaman serunya, sementara Sari yang baru lulus SMA mendengarkan dengan antusias. Mereka tertawa dan saling menggoda, merasakan kembali kedekatan yang sempat pudar.
Setelah beberapa saat, Sari mengajak Arya bermain game papan yang mereka sering mainkan waktu kecil. Mereka pindah ke ruang keluarga, mengatur papan permainan di atas meja besar. Dalam suasana santai, keduanya mulai bersaing dengan penuh semangat. Namun, saat permainan semakin ketat, ketegangan di antara mereka semakin terasa.
Sambil tersenyum, Sari menggoda Arya, “Jangan sampai kamu kalah, ya! Nanti aku bisa pamer ke semua orang!” Arya membalas dengan tatapan nakal, “Siapa bilang aku akan kalah? Ayo, kita buktikan!”
Waktu berlalu tanpa terasa, dan saat permainan selesai, mereka merasa lelah namun bahagia. Dalam keheningan, Sari menyandarkan kepalanya di bahu Arya. Sejenak, keduanya terdiam, merasakan ketenangan dan kedekatan yang tidak terucapkan. Arya menatap Sari, merasakan perasaan yang lebih dalam dari sekadar persahabatan. Sari pun merasakan hal yang sama, namun mereka berdua hanya tersenyum dan kembali bercanda.
Saat matahari mulai terbenam, warna oranye kemerahan menghiasi langit. Mereka keluar ke halaman belakang untuk menikmati pemandangan. “Indah sekali, ya?” Sari berkomentar, mengagumi langit yang berubah warna. Arya mengangguk, “Ya, indah. Tapi lebih indah saat aku bisa melihatnya bersamamu.”
Sari menoleh, merasakan jantungnya berdebar. Mereka berbagi tatapan, dan dalam momen itu, semuanya terasa berbeda. Keheningan yang biasanya nyaman kini dipenuhi dengan ketegangan yang manis. Arya meraih tangan Sari, menggenggamnya lembut. “Aku senang bisa menghabiskan waktu bersamamu, Sari.”
Sari membalas genggaman itu, merasa hangat di dalam hati. “Aku juga, Arya. Rasanya seperti tidak ada yang berubah, ya?”
Malam semakin larut, dan meskipun nenek mereka belum kembali, keduanya tahu bahwa saat-saat ini akan menjadi kenangan yang indah. Dalam keheningan, mereka merasakan bahwa cinta bisa tumbuh di tempat yang tidak terduga, bahkan di antara sepupu.